Pages

Saturday, March 19, 2011

KEPEMIMPINAN ZALIM AWAL KETERPURUKAN BANGSA


ABSTRAK
Sungguh berat beban seorang pemimpin/penguasa dari orang banyak karena kepemimpinannya harus dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Penguasa/Pemimpin yang zalim/dhalim/lalim, kejam, dan suka menindas rakyat akan mendapatkan balasan siksa yang pedih di dalam neraka. Sama juga dengan wakil rakyat yang mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya sehingga senang mengambil keuntungan dan membohongi orang-orang yang diwakilinya.
Arti Surat Asy-Syura ayat 42 : "Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim (kejam) pada manusia, dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih".
Pada saat sekarang ini sungguh memilukan, karena banyak orang yang ingin menjadi pemimpin, akan tetapi ketika telah menjadi pemimpin justru melakukan hal-hal yang merugikan orang-orang yang dipimpinnya dan melakukan berbagai tindakan yang sewenang-wenang. Seharusnya setiap orang yang diberi amanat untuk memimpin bertindak untuk kepentingan orang-orang yang diwakilinya, jujur, berlaku adil, menasehati dalam kebaikan, menjadi teladan yang baik, dan lain sebagainya.
Hadist Nabi Muhammad SAW (H.R. Thabarani) : "Setiap pemimpin yang menipu rakyatnya, maka dia akan memasuki neraka".
Beberapa contoh pemimpin : presiden, gubernur, bupati, walikota, camat, lurah, rw, rt, kepala keluarga, pejabat, hakim, ketua organisasi, anggota dewan, imam, bos, pemilik usaha, supervisor, dan lain sebagainya. Yang pasti manusia adalah pemimpin, minimal memimpin dirinya sendiri. Setiap dari kita akan ditanyai akan kepemimpinan kita kelak di akherat.
Mari kita lihat pada kasus Iran. Presiden Mahmoud Ahmadinejad mungkin adalah satu satunya sosok pemimpin yang paling di idamkan dan dicintai oleh rakyatnya.. karena kesederhanaannya dan sosoknya yang bersahaja dengan menomor satukan rakyatnya daripada dirinya sendiri.. lihat saja sebagai buktinya.. pernahkah anda lihat ada mobil presiden seperti ini??
Ahmadinejad yang notabene seorang presiden hanya menggunakan mobil peugeot butut.. sungguh ironis sekali dengan jabatannya sebagai presiden..
Rumah dimana tempat beliau tinggal juga jauh dari kemewahan.. dimana lantai rumahnya masih berupa lantai semen..
Belum lagi dengan suasana kantor dimana dia bekerja, dia juga tidak boros dalam penggunaan AC. Sepertinya dia mengikuti gaya pemerintahan para khalifah rasulullah yang menomorsatukan rakyatnya dengan mengesampingkan urusan pribadinya..
Pernah suatu ketika khalifah umar di datangi oleh anaknya di ruangan kerjanya pada malam hari.. dan anaknya ingin berbicara, sebelumnya khalifah umar menanyakan ada masalah apa? apakah berhubungan dengan rakyat ataukah hanya masalah pribadi? kemudian sang anak mengatakan bahwa hanya masalah pribadi, kemudian khalifah umat mematikan lilin (lampu) di ruangan itu karena dia tahu bahwa lilin itu adalah penerangan ruangan kerjanya untuk rakyatnya.
Dari hal kecil diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sosok pemimpin idaman lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya daripada kepentingan keluarganya..
Kesimpulannya.. tidaklah mudah untuk menjadi pemimpin, karena sebenarnya pemimpin itu adalah pengemban amanat rakyat, jika di ibaratkan sebagai piramida terbalik, maka pemimpin adalah yang berada di paling bawah.. untuk menopang rakyatnya.

MENJADI PEMIMPIN TAK SEMUDAH MEMBALIK TELAPAK TANGAN
Janganlah kamu meminta jabatan dalam pemerintahan. Karena jika kamu diberi jabatan karena permintaanmu, maka bebanmu sungguh berat. Tetapi jika kamu diberi jabatan tanpa kamu minta, maka kamu akan dibantu oleh orang banyak (HR. Muslim dari Abdurrabman bin Samurah ra).
Keberadaan pemimpin jelas amat dibutuhkan bagi setiap orang dalam berbagai kelompok dan bidang. Dalam sepakbola ada kapten kesebelasan, di perusahaan ada direktur bahkan presiden direktur, dalam shalat berjamaah mesti ada yang namanya imam dan dalam suatu negara ada presiden atau perdana menteri atau ada juga yang menyebutnya dengan raja. Dibutuhkannya pemimpin menunjukkan betapa strategis jabatan kepemimpinan itu.
Jabatan kepemimpinan yang diemban seseorang bisa membawa kebaikan tapi juga bisa membawa keburukan, tidak hanya bagi orang yang dipimpinnya tapi juga bagi dirinya sendiri, bahkan tidak hanya keburukan di dunia ini saja tapi juga bisa sampai ke akhirat nanti. Kepemimpinan yang akan membawa seseorang pada keburukan disebabkan banyak faktor.

Kekejaman Dalam Memimpin
Kepemimpinan yang dijalankan dengan berlaku kejam atau zalim kepada orang yang dipimpin merupakan sesuatu yang membawa malapetaka bagi sang pemimpin dan orang yang dipimpinnya, tidak hanya kejam dari tindakan fisik tapi juga kebijakan dan ketentuan yang dikeluarkannya sehingga rakyat tidak berdaya dihadapan sang pemimpin meskipun pemimpin itu melakukan kesalahan, karenanya pemimpin yang berlaku kejam kepada rakyat yang dipimpinnya merupakan sejelek-jelek pemimpin.
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sejelek-jelek pemimpin adalah pemimpin yang kejam. Karena itu berhati-hatilah agar kamu tidak termasuk golongan itu” (HR. Muslim dari Ubaidilah bin Ziad)

Membodohi Rakyat
Pemimpin yang baik adalah yang berusaha mencerdaskan rakyatnya karenanya ia memajukan pendidikan, menjeiaskan secara terbuka segaia kebijakan yang diambil dan masyarakatpun didorong untuk mempelajari dan mengkritisi segala kebijakan itu. Gagasan cerdas dari rakyat tidak hanya didengar tapi juga diterapkan seperti yang dilakukan Rasulullah saw yang melaksanakan pendapat Salman Al Farisi yang mengusulkan penggalian parit dalam siasat perang yang kemudian perang itu disebut dengan perang khandak, begitu juga dengan Khalifah Umar bin Khattab yang mencabut kembali kebijakan dan peraturannya yang diakui salah setelah dikritik oleh seorang wanija tua tentang mahar yang tidak boleh mahal.
Manakala pemimpin membodohi rakyatnya dan ia suka bila rakyatnya tidak pintar, maka jangan harap bisa masuk ke dalam surga karena pemimpin semacam itu termasuk orang yang diharamkan masuk surga.
Rasulullah saw bersabda: “Tiada seorang hambapun yang oleh Allah diserahi memimpin rakyat, mati pada hari ia mati dalam keadaan membodohi rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga atasnya” (Bukhari dan Muslim).

Berdusta
Dalam rangka membodohi rakyat dan menyimpan agenda-agenda busuk, tidak sedikit pemimpm yang melakukan penipuan atau berlaku dusta, bahkan tidak segan-segan melakukan kezaliman terhadap orang yang tidak sependapat dengannya atau sekadar mengkritisi.
Terhadap pemimpin yang demikian kita tidak dibolehkan untuk membantu kezaliman yang dilakukannya dan membenarkan kedustaan atau kebohongan yang disampaikannya, bila kita tidak bersikap demikiari terhadap sang pemimpin, maka ancamannya tidak mendapatkan pengakuan sebagai umat Nabi Muhammad saw. Bila orang yang membantu pemimpin yang zalim dan membenarkan kebohongannya saja sudah tidak diakui sebagai umat Nabi Muhammad saw, apalagi pemimpin yang demikian.
Rasulullah saw bersabda: “Kelak akan muncul pemimpin-pemimpin yang berselimutkan api neraka. Mereka berdusta dan berbuat zalim. Barangsiapa membantu mereka terhadap kezalimannya dan membenarkan kedustaan mereka, maka dia bukan termasuk golonganku dan akupun bukan golongannya, dan dia tidak akan minum dari telaganya” (HR. Ahmad dari Said Al Khudri).

Menyikapi Jabatan Kepemimpinan.
Karena kepemimpinan merupakan amanah dan ada konsekuensi dunia akhirat yang akan dihadapankan kepada sang pemimpin, maka paling tidak ada dua sikap kita terhadap jabatan kepemimpinan yang harus kita tunjukkan.
Pertama, tidak ambisius untuk mendapatkan jabatan kepemimpinan, karena itu seorang musiim jangan sampai meminta jabatan kepemimpinan, apalagi bila berbagai upaya termasuk upaya yang tidak baik dilakukan untuk mendapatkan jabatan itu seperti menyogok, menjelek-jelekkan orang lain dan sebagainya.
Meminta jabatan seperti itu akan membuat beban kepemimpinan semakin berat dan orang yang membantupun motivasinya untuk mendapatkan keuntungan duniawi, namun bila jabatan itu memang diberikan karena kapasitas yang dimiliki, maka akan banyak orang yang membantu melaksanakan tugas kepemimpinan dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kamu meminta jabatan datam pemerintahan. Karena jika kamu diberi jabatan karena permintaanmu, maka bebanmu sungguh berat. Tetapi jika kamu diberi jabatan tanpa kamu minta, maka kamu akan dibantu oleh orang banyak” (HR. Muslim dari Abdurrahman bin Samurah ra).
Kedua, memperoleh jabatan dengan cara yang baik dan benar sehingga tidak menghalalkan segala cara untuk memperolehnya dan sesudah memperoleh jabatan, digunakan jabatan dengan baik dan benar untuk menegakkan kebaikan dan kebenaran, begitulah yang telah ditunjukkan oleh para khalifah yang cemerlang seperti Abu Bakar Ash Shiddik, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thaiib, Umar bin Abdul Aziz dan sebagainya.
Penggunaan jabatan untuk kebaikan dan kebenaran membuat seorang pejabat selalu dikenang dalarn kebaikan dan dijadikan sebagai rujukan untuk menjadi pemimpin yang baik. Namun bila tidak, maka jabatan membuat seseorang menjadi hina dihadapan manusia dan menjadi penyesalan yang amat dalam, bahkan kehinaan dan penyesalan itu sudah dirasakan sejak masih di dunia ini, apalagi dalam kehidupan di akhirat nanti.
Rasulullah saw bersabda: “Abu Dzar ra berkata: Saya bertanya, Ya Rasulullah mengapa engkau tidak memberiku jabatan? Maka Rasulullah menepukan tangannya pada pundakku, lalu belau bersabda: Hai Abu Dzar, sungguh kamu ini lemah, sedang-kan jabatan adalah amanah, dan jabatan itu akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi orang yang memperolehnya dengan benar dan melaksanakan kewajibannya dalam jabatannya” (HR. Muslim).
Oleh karena itu, dalam suasana masyarakat dan bangsa kita yang sepanjang tahun mengikuti Pemilu dan Pilkada, menjadi amat penting untuk merenungkan kembali apa sebenarnya hakikat kepemimpinan baik dalam jabatan eksekutif, legisiatif maupun yudikatif. Semua itu dimaksudkan agar kita tidak salah memilih pemimpin dan orang yang terpilih sebagai pemimpinpun mampu menggunakan jabatannya untuk melayani masyarakat dan menegakkan kebaikan serta kebenaran.
Catatan sejarah kita belum cukup banyak tentang pemimpin yang cemerlang dan yang semakin banyak justeru pemimpin yang menjadi hina dan merasakan penyesalan bagi diri dan keluarganya apalagi bagi masyarakat dan bangsa.

AFRIKA : TEMPAT BERKUMPULNYA PARA PEMIMPIN ZALIM
Afrika, sebuah benua yang selalu dianggap sebagai yang terbelakang. Dengan tingkat pendidikan rendah, wabah penyakit, kemiskinan dan kemiskinan, Afrika dalam tanda kutip sangat mengerikan. Tanpa dipungkiri pula telah muncul berbagai gaya kepemimpinan kejam di berbagai negara-negara yang terletak di benua ini.
Gaya kepemimpinan di afrika sendiri memiliki banyak variasi dan kebanyakan memang cenderung ke suatu rezim diktator. Rezim dimana memegang kontrol secara absolut di negarannya dan berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Kebanyakan pula rezim-rezim diktator ini membawa suatu keadaan negara yang sangat tenang tetapi mencekam. Hal ini disebabkan, biasannya diktator menggunakan unsur-unsur militer untuk mengamankan hegemoninnya dalam negaranya itu sendiri.
Contoh-contoh gaya kepemimpinan di Afrika seperti kleptokrat di Zaire (MOBUTU SESE SEKO), psychotic di Liberia (SAMUEL KANYON DOE), Emporium di Afrika Ekuatorial ( KAISAR BOKASSA) dan sebagainya. Para pemimpin negara-negara tersebut diatas telah digulingkan karena kekejamannya terhadap rakyat, salah satunya ialah Kaisar Bokassa. Raja satu ini membuat negaranya bangkrut setelah penasbihannya dan pemberian mahkotanya olehnya sendiri yang menghabiskan sekitar USD 250 juta. Di samping itu pula Bokassa terkenal dengan sifat kanibalnya, yakni memakan bagian tubuh lawan-lawan politik yang telah ia bunuh. Sedangkan Mobutu Sese Seko ialah seorang kleptokrat sejati, dia mengeruk keuangan negara untuk keluarganya dan menyebabkan Zaire pada saat kepemimpinannya mengalami inflasi sebesar 6000%. Samuel Kanyon Doe dengan latar belakang psychoticnya pernah memerintahkan pengawal-pengawalnya untuk saling membantai satu sama lain.
Yang paling legendaris mungkin ialah Idi Aimin dari Uganda, seorang mantan petinju dan juru masak dalam angkatan perang yang mengalami sifilis otak dan menjadi Presiden Uganda setelah mengkudeta Apollo Milton Obote. Mayoritas Gaya kepemimpinan di Afrika yang kejam semuannya ada dalam diri Idi Amin, mulai dari kleptokrat, oligarki, hingga psychotic. Dia pernah melakukan genosida terhadap suku-suku yang merupakan suku musuh dari sukunya yakni Kakwa dan Lugbara. Memiliki 5 orang istri, 34 gundik dan 37 anak, membuat Idi Amin terkenal sebagai Don Juan Afrika pada dekade 70-an.
Sampai era sekarang pun masih juga ada pemimpin kejam di Afrika. Salah satunya ialah Robert Mugabe dari Zimbabwe, seorang marxist yang sangat memegang absolut negaranya dari awal merdeka hinnga tahun ini selama 20 tahun. Zimbabwe menjadi negara termiskin di region Afrika bagian selatan karena gaya kepemimpinan Mugabe yang melancarkan teror-teror, kolektivitas lahan pertanian dan pembunuhan. Tahun ini saja Zimbabwe mengalami inflasi sebanyak 165.000% dan merupakan jumlah inflasi terbesar dalam sejarah kehidupan manusia modern.
Itulah mengapa negara-negara di Afrika, banyak yang masih bersifat weak atau bahkan weakness state. Rezim kejam, pembantaian, teror, dan kanibalisme serta klepto addict menyebabkan keterpurukan di negara-negara seperti di atas.

1 comment: